just share it..!!

yang lagi SEDIKIT sedih,,berharap lebih BANYAK senangnya,,yg abis nemuin hal-hal baru,pengalaman baru,,yg bikin nangis setetes,,dua tetes,nangis bombay,ampe kebanjiran air mata, atau yg lucu,,yg seru,,yuk ahhh berbagi,,,moga az bisa jadi inspirasi,,imajinasi,,motivasi,,atau mungkin refleksi,,

Mengenai Saya

Foto saya
Me?! I don’t really know what people think about me,I’m just an ordinary one, I just do what I want to do and I do the things that i believe it’s good to do..

Kamis, 16 Desember 2010

DI NEGERIKU TERCINTA,,,VERSI SI MANJA



Sesuai title yang aku tulis, "di negeriku tercinta VERSI SI MANJA" hanya sedikit gambaran tentang pengalaman berada di salah satu daerah yang bukanlah kota besar, dengan segala kondisi dan keterbatasan yang mungkin dikarenakan kurangnya pemerataan ekonomi, pendidikan, dan beberapa hal tentang negeriku tercinta.

#Go to Jambi,,,
Berniat liburan, aku dan mamah hendak pergi ke Jambi (babeh sibuk kerja, sama halnya dengan kaka-kakaku). Ini yang pertama buat aku dan mamah ke Jambi hanya modal berani, uang, alamat, do’a dari keluarga dan pastinya with GOD, NO FEAR.
09.00am (Hari-hari terakhir di bulan desember) di agen Travel. Pesan dua tiket ke jambi jalur darat, BUS.
“Bad”. Indonesia banget. Udah manyun-manyun kesel karena travelnya gak on-time. Padahal tertera di tiket keberangkatan pukul 11.00am hari ini. Mamah jadi kena cemberutnya aku.
Lewat pukul dua belas siang hari, akhirnya Bus mulai meninggalkan "kandangnya". Menurut perkiraan, perjalanan bandung-jambi sekitar 24jam. Berarti siap-siap pantat tepos dan kepanasan. Belum seperempat perjalanan, ternyata ada keadaan yang tak sesuai rencana. BUS ke bengkel di daerah Tangerang, sempat mogok dan diperbaiki hampir satu jam alhasil baru nyampe pelabuhan merak sekitar 07.00pm (malem ya). Lagi-lagi,ada aja keribetan-keribetan yang harus diurusin. BUS kami tertahan di pintu masuk pelabuhan, petugas keamanan dan kepolisian tidak memperbolehkan BUS yang kami tumpangi lewat begitu saja. (Did You know why?) karena eh karena di dalam BUS terdapat bungkusan yang mencurigakan (catatan : BUS yang kami tumpangi selain menjual jasa transportasi juga menyediakan jasa pengiriman barang / paket. Jadi untuk masalah ini, crew BUS bertanggung jawab penuh) . Dibilang ganja lah, shabu-shabu, ah entahlah. Sebagai penumpang, aku hanya diam dengan sedikit ketakutan sambil tetap duduk manis di dalam BUS. Hanya memandang dari kaca, mendengar sekilas perdebatan sopir dan petugas polisi. “alaaahhh paling tuh petugas pungli. Pungutan Liar. Nyari-nyari kesalahan.” Begitu yang kudengar dari bisik-bisik tetangga di jok sebelahku. Kebiasaan ibu-ibu, gossip melulu.
Dari balik kaca, aku mulai mengamati. memperhatikan lebih seksama. Bungkusan yang dicurigai pun dikoyak dengan pisau kecil. Isinya seperti botol-botol kecil, bening, berisi cairan. Kemudian ada pembicaraan masih antara pak sopir dan petugas. Bungkusan itu ditahan. Mereka bersalaman, pak sopirpun kembali ke dalam BUS. Dari bisik-bisik tetangga di jok sebelahku pula, aku jadi tahu ending cerita pak sopir dan petugas polisi tadi. Bungkusan itu berisi parfum yang tidak bermerek, dikategorikan sebagai barang ilegal yang hendak diselundupkan. Dan untuk kelancaran, beberapa lembar rupiah melayang. (Padahal cuma parfum isi ulang gitu. Emang biasa kan botolnya transparan. Ah, no comment deh!).
BUS mulai memasuki area pelabuhan, masuk ke kapal dan para penumpang berhamburan, ada yang menuju toilet, resto, ada pula yang sekedar duduk-duduk diluar menikmati angin malam di atas kapal.
1.00am. dini hari.
Udara dingin menyelimuti kawasan bakauheni, lampung. Perjalanan berlanjut.. Hhwwwuuuaaa…. So sleepy. Tidur ah…sampai pemberhentian untuk makan pun aku lewatkan begitu saja. Matanya gak bisa diajak damai. Bulu mata bagian atas sama bagian bawah merapat. Udah kaya pakai lem perekat. Pemandangan tidak terlihat jelas entah karena kantuk yang kuat menyerang atau memang karena hari masih terlalu gelap.
Siang harinya BUS sampai di palembang, sekedar istirahat makan dan bersih-bersih. Huh perjalanan yang terasa tidak menyenangkan. Kasihan mamah, sepanjang perjalanan aku banyak tidur. Jadi tak banyak berbincang dengan nyonya yang satu itu. Persinggahan kali ini sebut saja Rumah makan “M*SI INDAH”.
“gak salah nih nama rumah makan?” begitu kesan pertamaku. Nama boleh INDAH.tapi tampilan? Di bagian depan udah disambut sama setumpuk sampah. Lantai juga kotor. Gak ada halaman berbunga gitu. Apa daya, perut anti kompromi. Makan deh di tempat itu. Mamah gak makan. Katanya udah pas tadi pemberhentian di daerah palembang kotanya. Restonya bagus, masakannya enak, terus nyaman. Huh,, sayangnya tadi aku masih terlelap. Diajak turun malah milih tidur lagi.
Setelah makan, panggilan alam berkumandang (eits salah besar kalo dikira pigin B-A-B). Cuma pingin pipis doang. Tapi emang dasar lingkungannya gak bersih, toiletpun tampak kotor. Agak-agak gimana…gitu. Secepat mungkin aku keluar dari kamar mandi. Lalu menyodorkan selembar uang seribu rupiah kepada sang penjaga.
“kurang mba!” ujarnya.
Dengan dahi sedikit mengkerut,lengkap dengan pandangan mata yang ditajamkan, setajam silet (upss, nyebut produk). Nyaris Aku menjawab : “memangnya berapa?” “kurang senyum mba” begitu katanya. Mungkin kalimat itu seperti kurang sopan, genit, atau apalah namanya. Tapi buatku, kalimat itu sebagai hentakkan yang menyadarkanku.
“dipikir-pikir, benar juga ya. Entah kapan aku tersenyum sepanjang perjalanan yang kuanggap membosankan ini, aku terlalu sibuk dengan pikiranku, hatiku yang gak karuan, dan memilih tidur. Sampai-sampai mamah pun yang duduk disampingku menjadi terabaikan. “I’m sorry mom,,,,jadi nyesel. Tapi thanks GOD, and makasih juga buat penjaga toilet yang udah ngingetin aku secara gak langsung” :p
Melanjutkan perjalanan..kembali melewati kawasan yang terasa asing, dipenuhi pohon-pohon besar dikiri dan kanan jalanan, ada juga lahan kosong melompong yang mungkin belum terjamah. Beberapa kali mamah ditelefon oleh kerabat yang katanya mau menjemput kami disana. Lampung (Bakauheni-Metro-Kotabumi-Muaraenim-Prabumulih) sudah terlewati, begitupun Palembang. Dan kini sampai juga di Jambi.
07.00pm (setelah perjalanan sekitar 36 jam dari Bandung). Kami dijemput di simpang tempino,begitu orang-orang menyebutnya. Ada kantuk, lelah, dan keringat yang melekat di badan. Kami dijemput oleh dua orang paman, masing-masing menggunakan sepeda motor. Aku dan mamah menaiki motor yang berbeda. Jalanan menuju rumah kerabatku terlalu gelap, tak ada cahaya lampu dari rumah-rumah warga, padahal di malam hari. Hanya mengandalkan cahaya dari lampu motor. Melewati jalanan yang basah, berlumpur, dan jembatan yang sedang diperbaiki. Kali ini memasuki kawasan hutan sawit dan karet. Selain pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tampak seram, dikawasan inipun tak berpenduduk. Motor terhenti.
“ada apa paman? Tanyaku ketakutan.
“itu, ada musang lewat”.
Aduh, kaget. Dengan cahaya lampu motor, aku masih bisa melihat tupai itu melintas. Motorpun kembali melaju. Tapi, uppsss,,,tak jauh dari situ,motor berhenti lagi.
“sebentar ya, ada ular lewat. Paman ambil dulu. Disini ular jenis itu bisa dijual” dengan entengnya paman berkata.
“nanti dibawanya gimana?dipegang siapa?” tanyaku khawatir.
“ah, paman, aku takut ular. Gak usah diambil paman. Aku takut.”pintaku sedikit merengek.
“ya sudah. Kalau kamu takut. Kasihan juga nanti kalau kamu yang harus pegang tuh ular. kan paman nyetir motor.”
Aku hanya tersenyum. Masih dengan ketakutanku. Benar-benar hutan belantara. Welcome to the jungle nih judulnya.
Perjalanan dalam gelap itu, dari simpang tempino menuju tempat kerabatku, sungai bahar unit 22, kawasan para transmigran yang bekebun kelapa sawit atau karet, ditempuh sekitar dua jam lebih.
09.20pm (malam yang ingin segera kuakhiri dengan istirahat)
Aku, mamah dan kedua pamanku tiba. Berbincang sebentar, bersih-bersih, lalu istirahat. TIDUR. Hari yang melelahkan.ZzzzZzzz masuk ke pulau mimpi.
###

Esok harinya…
Rumah tampak sepi. Hanya ada aku dan seorang anak laki-laki berusia sekitar 17-an, anak pamanku.
“orang-orang pada kemana de?”
“ke kebun sawit” jawabnya singkat.
Mereka sepertinya pergi pagi sekali. Tiba-tiba terdengar sebuah nada dari Ponselku. LOW BATTERY.
“de,aku mau ikut charging ponsel”
“gak bisa”
“kenapa?mati lampu?” mulai agak sewot sepertinya nada suaraku.
“begini, didaerah ini belum ada listrik. Ada juga genset, tapi itupun nyala mulai pukul 7 sampai pukul 10 malam. kalau siang gak bisa. Tunggu sampai malam ya ka, sabar.”
Bla..bla…bla…selebihnya aku tak telalu memperhatikan obrolan ade.
WHAT? Pingin teriak jadinya. Tadinya pingin refresh ikut mamah ke jambi, tapi ternyata perjalanannya tidak menyenangkan, dan sekarang setelah sampai ditempat tujuan malah seperti berada di negeri antah berantah. Di hutan,  ada toko-toko ataupun warung tapi jaraknya cukup jauh, adanya pasar seminggu sekali. tiap hari rabu, itupun jaraknya jauh. masak aja masih pakai tungku, kamar mandi yang berdinding kayu yang bolong-bolong dan rapuh dimakan rayap,jadi siapapun bisa ngintip, gak ada listrik, gak bisa nonton TV , kecuali malam hari. (bergitu kata ade, anak pamanku)

Hari ketiga aku di jambi. Seperti kemarin, hanya diam di rumah, ditemani ponsel dan beruntung masih ada ade. ade bercerita banyak tentang tempat ini. Paman bertransmigrasi sejak tahun 1984. kebanyakan para transmigran berasal dari pulau jawa. Mulanya diberi lahan oleh pemerintah untuk dikelola, sampai bisa membeli lahan, bertani dan meraup hasil yang besar dari kelapa sawit garapannya. Tidak tanggung-tanggung, minimal dalam satu bulan diperoleh tiga sampai puluhan juta. Tergantung banyaknya hasil dan harga kelapa sawit dipasaran.(tapi kok gak ada listrik ya?) dan soal transportasi, hanya ada satu angkutan umum tiap satu unit (luasnya mungkin berpuluh-puluh bahkan ratusan hektar per unit) itupun keberangkatan pukul tujuh pagi menuju kota jambi. Pasti penuh sesak dan kalau siang-siang hendak pergi ke kota dengan angkutan umum, jelas GAK BISA. Soal pandidikan, sekolah, tenaga ahli,dan lain-lain. Kebetulan pamanku tinggal di unit 22, unit paling ujung sekaligus terakhir, jadi masih perlu banyak perubahan. Berbeda halnya dengan unit yang lain, lebih ramai, banyak sekolah, toko-toko, kantor pos, bahkan Bank nasional. Sudah ada listrik dan mungkin gak seperti disini, saat main ke sungai, bisa apes ketemu sama babi hutan. The real jungle (untuk orang yang suka adventure juga buat orang yang berniat jadi pengusaha kelapa sawit/karet, mungkin ini bisa jadi alternatif) 

Hari ke empat.pagi-pagi. Ready to go..Back to Bandung. Mamah sepertinya masih betah di jambi tapi aku udah pingin pulang.hmmm,,,,liburan yang penuh petualangan...ini negeriku tercinta,,


3 komentar:

  1. kaya'a nih cerita ga sampe slesai ya mil....cerita ni dlu pernah nyakitin seseorang kya'a....masih panjang sbner'a...whahahahaha..ga seru ah knpa ga ditulis aja sampe slesei...

    BalasHapus
  2. gak,,ini mah khusus tentang perjalanannya,, trip to jambi
    ihh kamu mah ngorek2

    BalasHapus
  3. ahahahayyy,,,,emng bnerkan>???masih inget ya :)ahahahaha

    BalasHapus

break broke broken

break broke broken