just share it..!!

yang lagi SEDIKIT sedih,,berharap lebih BANYAK senangnya,,yg abis nemuin hal-hal baru,pengalaman baru,,yg bikin nangis setetes,,dua tetes,nangis bombay,ampe kebanjiran air mata, atau yg lucu,,yg seru,,yuk ahhh berbagi,,,moga az bisa jadi inspirasi,,imajinasi,,motivasi,,atau mungkin refleksi,,

Mengenai Saya

Foto saya
Me?! I don’t really know what people think about me,I’m just an ordinary one, I just do what I want to do and I do the things that i believe it’s good to do..

Jumat, 19 November 2010

Tentang Dia dan Prasangka





Suatu siang, delapan bulan yang lalu ibu mengenalkanku pada seorang wanita. Sebut saja “Neng Syifa”. Wanita berusia 20 Tahun, mengenakan kerudung, dengan paras yang cantik dan sikapnya yang santun. Tidak salah kupikir ibu memilihkan wanita ini untukku, wanita yang sesuai kriteria ibu, juga aku. Usiaku nyaris 27 tahun, tapi soal urusan wanita, aku tidak cukup berpengalaman. Aku hanya pernah pacaran satu kali, semasa kuliah, itupun hanya beberapa bulan. Selebihnya “single happy” dan hanya fokus berkarir. Dua Tahun terakhir, aku didesak untuk segera menikah. Tak sempat mencari, Aku biarkan ibu memilihkan wanita untuk calon pendamping hidupku, berbekal kepercayaanku pada pilihan ibu. Meskipun kadang risih dengan pandangan orang yang seolah men-cap ku sebagai anak mamih, gak bisa nentuin piloihan sendiri, jomblo, atau mungkin gak laku. Wajarlah orang berpikir seperti itu, karena meskipun secara materi aku merasa berkecukupan, tapi aku sadar, aku tidaklah berparas tampan. Karena itu pula, aku tidak punya keberanian yang cukup dalam hal ini.

Pertama kali berkenalan dengan “Neng Syifa”, Aku langsung jatuh hati, padahal sebelum-sebelumnya ibu sudah sering memperkenalkanku dengan beberapa wanita tapi tak satupun yang aku pilih. Neng Syifa punya daya tarik tersendiri, membuatku benar-benar takluk. Dalam kurun waktu dua bulan, kami bertemu sekitar tiga kali, selebihnya hanya pembicaraan lewat telefon. Bersamanya aku merasa sangat nyaman, aku bahagia, semakin yakin dengan pilihanku, dan pada pertemuan keempat, kamipun bertunangan.

Aku merasakan banyak yang berbeda setelah pertunangan itu, namun bukan kebahagiaan yang kudapat. aku dibuatnya kalang kabut, cemas, dan tak lagi bahagia. Dia sulit dihubungi (ponselnya dimatikan atau mungkin dia punya nomor lain), sulit ditemui(di rumah ataupun di kosan nya), dengan berbagai alasan. Bayangkan saja, kami hanya bertemu dua bulan sekali, padahal kesepakatan awal adalah bertemu tiap akhir pekan, atau hari libur. Dia sering ingkar janji dan membohongiku, dia menggunakan pengaturan privacy akun pribadinya, bahkan untuk akun jejaring sosialpun dia tak mengkonfirmasi permintaan pertemanan dariku (jelas-jelas aku tunangannya), dan itu terjadi berbulan-bulan. Sampai aku pun terpaksa membongkar password akun pribadinya, be a hacker (secara teknologi sudah canggih, dan memberi banyak kemudahan). Aku tahu bahwa dia sering main bersama teman-temannya (laki-laki dan perempuan), tapi dia tidak pernah memberitahuku, dan dia sering membatalkan janji bertemu denganku, karena dia lebih memilih bersama teman-temannya.

Aku marah. Dia pembohong, dia tak sebaik yang aku pikir, dia munafik, dia hanya mau hartaku, Dia bersenang-senang dengan teman-temannya, menghabiskan uangku. Dia tunanganku, tapi dia tidak bersikap seperti seorang yang terikat denganku. Semua pandanganku tentang kebaikannya perlahan lenyap, tergantikan segala hal buruk tentangnya yang tak henti menguras pikiranku. Cinta hampir membuatku gila, memecahkan konsentrasiku, membuat pekerjaanku jadi terbengkalai. Rencana pernikahan yang sebulan lagi akan digelar, harus kubatalkan. Tekadku sudah bulat.

Hari minggu yang terik. Siang itu aku ditemani ayahku bermaksud menemui Neng Syifa dan keluarganya, hendak memutuskan pertunangan secara baik-baik, karena aku merasa tidak sanggup menerima kekecewaan terus menerus. Enam bulan sudah aku dibuat tidak tenang.

Setibanya disana, rumah Neng Syifa terlihat ramai. Pintunya terbuka dan orang-orang lalu lalang sibuk, seperti mengurus sesuatu. Teh Salwa, Kaka Neng Syifa yang mempersilakanku beserta ayah masuk ke ruang tengah. Seulas senyum tersungging di bibirnya, senyum yang terasa kecut saat Teh Salwa menyodorkan sebuah amplop cukup tebal dan secarik kertas.



Salam Hormat.

Aa, terimakasih banyak, karenan selama ini Aa baik sama Neng. Neng minta maaf karena Belum bisa jadi yang terbaik buat aa.

Aa tunangan Neng, tapi Ada beberapa hal yang mungkin Aa gak tahu:

-Pertunangan dengan Aa, bukanlah dari hati Neng, Neng awalnya hanya tak ingin menyakiti hati orang tua Neng yang berharap Neng bahagia sama Aa. Sejujurnya, Neng merasa tertekan dengan perjodohan ini. Neng merasa tersiksa. Neng belajar mencintai Aa, tapi di tengah jalan Neng menyerah. Maaf karena Neng belum pernah bilang “sayang” sama Aa, karena itu yang Neng rasa.

-Aa dikejar target menikah, sampai Aa tidak memikirkan pentingnya “Cinta” dalam suatu hubungan, Bukan sekedar status. Aa memang mencintai Neng, menunjukan rasa cinta Aa dengan cara Aa sendiri, cara yang sebetulnya menyakiti pasangan Aa.

-Neng bingung Aa, Neng tidak sanggup berbicara langsung, mengungkapkan apa yang Neng mau, Neng takut. tapi sungguh, Hati Neng tersiksa. Neng bukan siti Nurbaya, dan Orang tua Neng juga TIDAK berhutang sama Aa, jadi Neng boleh kan memperjuangkan hak Neng untuk bebas?

Neng tidak seburuk yang Aa pikir. Neng serahkan sebuah Amplop buat Aa, isinya cincin tunangan dan semua uang yang pernah Aa kasih, Neng tidak pernah menggunakannya sedikitpun.

Sampaikan Maaf Neng pada keluarga Aa. Wassalam,


Aku bergegas menuju kamar Neng. beberapa pil penenang berceceran di atas meja riasnya. Ibunya Neng tak sadarkan diri, disampingnya, Ayahnya tengah membaca ayat suci .Aku tertegun. Membisu. Lidahku tak mampu berucap saat Jenazah itu digotong melintas tepat di depan mataku. Aku tenggelam dalam tangis sesalku. Keberadaanku yang membuatmu memilih mengakhiri ini, aku memang ingin mengakhiri pertunangan kita, tapi tidak dengan hidupmu.
“Bukan salah Neng sepenuhnya, maaf karena Aa Tidak peka pada perasaan Neng, Maaf karena Aa terlalu memaksakan kehendak. Semoga Neng tenang disana”

3 komentar:

  1. bababababaabaaaagussss mil :)tpi knpa crita'a slalu tentang perjodohan mil?...dpet inspirasi dri mana mil?tragis sih cerita'a...dicerita ini pemran utama'a siapa mil?

    BalasHapus
  2. Kebetulan az lagi tertarik sama kasus "siti nurbaya" di zaman sekarang,,,*haha berlebihan bahasa aq*... cuma cerita, jadi pemeran utamanya laki-laki dan perempuan. namanya y bebas az lah,,,

    BalasHapus
  3. oowh..kiraain dpet inspirasi'a dri pengalaman sendiri...hehehehe ^__^V piss :)bgus mil..bagus<<<<<sotau..whahahaha trakdukces...

    BalasHapus

break broke broken

break broke broken